Erdogan: Turki Akan Cabut Keanggotaan dari Uni Eropa Jika Terus Diperlakukan Seperti Ini

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyatakan siap mencabut keanggotaan dari Uni Eropa karena perselisihan dengan parlemen blok beranggotakan 27 negara tersebut.

"Jika Uni Eropa terus memperlakukan Turki seperti ini, kami akan mencabut keanggotaan kami," kata Erdogan dalam pidatonya di Ankara pada Minggu.


Erdogan sebelumnya merasa tertuduh atas laporan parlemen Uni Eropa yang mengeluarkan data tentang pelanggaran hak asasi manusia di Turki. Laporan tersebut menuduh Turki melakukan pelanggaran terhadap hak asasi manusia, termasuk penahanan yang sewenang-wenang, penyiksaan, dan pembatasan kebebasan berekspresi.

"Laporan ini adalah serangan terhadap kedaulatan Turki," kata Erdogan.

Ketegangan antara Turki dan Uni Eropa telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Turki telah lama menuntut agar Uni Eropa membuka negosiasi mengenai keanggotaan penuh Turki, tetapi blok tersebut telah menolak permintaan tersebut.

Keputusan Erdogan untuk mencabut keanggotaan Turki dari Uni Eropa akan menjadi langkah yang mengejutkan dan akan memiliki konsekuensi besar bagi kedua pihak. Turki adalah negara terbesar di wilayah Mediterania Timur, dan keanggotaannya di Uni Eropa akan memperkuat blok tersebut.

Namun, keputusan Erdogan juga akan menjadi pukulan bagi Uni Eropa. Turki adalah mitra ekonomi penting bagi blok tersebut, dan keanggotaannya akan membantu Uni Eropa memperluas pengaruhnya di Mediterania Timur.

Pada saat ini, tidak jelas apakah Turki akan benar-benar mencabut keanggotaannya dari Uni Eropa. Namun, pernyataan Erdogan menunjukkan bahwa dia semakin frustrasi dengan blok tersebut.



Reaksi Beragam Warga Turki usai Erdogan Jadi Presiden Lagi

Warga Turki punya reaksi beragam saat menanggapi terpilihnya kembali Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pemilihan presiden 2023. Kemenangan ini memulai masa jabatan ketiga Erdogan memimpin Turki.

Di Istanbul, ibu kota Turki, para pendukung Erdogan merayakan kemenangannya dengan bersorak-sorai di jalan-jalan. Mereka menyalakan kembang api dan bendera Turki berkibar di mana-mana.

"Saya sangat senang Erdogan terpilih kembali," kata seorang pendukung Erdogan yang tidak mau disebutkan namanya. "Dia adalah pemimpin yang kuat dan dia akan membawa Turki ke arah yang benar."

Di sisi lain, para pengkritik Erdogan mengungkapkan kekecewaan mereka atas kemenangannya. Mereka menuduh Erdogan telah menindas kebebasan berbicara dan hak asasi manusia.

"Erdogan adalah ancaman bagi demokrasi Turki," kata seorang pengkritik Erdogan yang juga tidak mau disebutkan namanya. "Dia harus segera mundur."

Hasil pemilihan presiden 2023 menunjukkan bahwa Turki masih terbelah antara pendukung dan pengkritik Erdogan. Erdogan memenangkan pemilihan dengan 52,5% suara, sedangkan kandidat oposisi, Muharrem Ince, meraih 31,3% suara.

Kemenangan Erdogan ini disambut baik oleh para pemimpin dunia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping. Kedua pemimpin tersebut telah menjalin hubungan dekat dengan Erdogan dalam beberapa tahun terakhir.

Namun, kemenangan Erdogan juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat. Mereka khawatir bahwa Erdogan akan semakin membatasi kebebasan dan hak asasi manusia di Turki.

Posting Komentar untuk "Erdogan: Turki Akan Cabut Keanggotaan dari Uni Eropa Jika Terus Diperlakukan Seperti Ini"